You are currently viewing DARI SUMUR TUA MANSINAM UNTUK “TONG” SEMUA

DARI SUMUR TUA MANSINAM UNTUK “TONG” SEMUA

Pulau Mansinam dikenal sebagai pulau bersejarah, pulau peradaban injil pertama kali masuk di Tanah Papua yang tidak terlepas dari pelayanan para misionaris yakni Carl Wilhelm Ottow dan Johann Gottlob Geissler, pada 5 Februari 1855  dalam misi pekabaran injil. Serangkaian dengan pelayanan misionaris, Pulau yang terletak di Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua Barat ini juga dikenal sebagai tempat wisata yang sudah dikenal di Tanah Papua bahkan tingkat dunia, terlepas dari wisata bahari, Mansinam memiliki sejumlah tempat wisata religi dari buah karya misionaris pada waktu menyebarkan kebenaran firman Allah. Beberapa wisata religi yang ada seperti tugu pendaratan Injil, gereja tua, sumur tua dan yang baru dibangun tugu Kristus Raja yang berada di puncak tinggi pulau Mansinam semuanya memiliki nilai tinggi, dalam kehidupan sosial budaya hingga menyentuh toleransi umat beragama yang ada di Papua dan Indonesia.

Kalian harus tahu, di Pulau Mansinam terdapat sebuah sumur tua yang dibuat oleh seorang misionaris, pendeta J L Van Hasselt dan anak didiknya pada tahun 1872. Masyarakat pulau Mansinam menceritakan, Van Hasselt tidak hanya mengajarkan misi pekabaran Injil kepada anak didiknya di Pulau Mansinam saat itu, melainkan ada hal-hal lain yang diajarkan kepada mereka seperti baca-tulis, membuat kerajinan tangan dan menggali sumur untuk mendapatkan air bersih yang sangat dibutuhkan saat itu. Uniknya, sumur tua  yang berada persis di samping kiri Gereja Lahai-Roi Mansinam dikerjakan menggunakan alat tradisional seadanya  salah satunya tempurung kelapa.

Mungkin sebagian orang akan bertanya, apakah benar sumur tersebut digali menggunakan tempurung? Tentu ya, masyarakat Mansinam pada generasi 18-an mengetahui secara tahu persis sejarah sumur tersebut dibuat. Pada Juni 1872 sumur ini mulai dikerjakan secara bersama-sama oleh Van Hasselt dan anak didiknya,  tidak butuh waktu lama sebab pada 21 Juli 1872 sumur ini mulai digunakan masyarakat Pulau Mansinam hingga saat ini.

“SUMUR TUA MILIK PDT.J.L VAN HASSELT DIKERJAKAN BLN. JUNI 1872 OLEH ANAK-ANAK PIARA DAN MULAI DIGUNAKAN PADA TGL 21 JULI 1872”.

Tulisan tersebut terdapat di tugu bagian depan sumur, yang menjadi bukti bagi setiap pengunjung. Tidak hanya dimanfaatkan masyarakat lokal, air sumur tua sering  diambil dan dikonsumsi  oleh para wisatawan yang berkunjung ke Mansinam. Sumur yang berjarak kurang lebih sekitar 50meter dari bibir pantai itu, rasanya tawar alias tidak asin seperti air laut sehingga bisa langsung diminum tanpa perlu dimasak. Kedalaman sumur ini berkisar 12 meter dengan diameter 3, serta ketinggian air sumur  biasanya mencapai 4 meter.

Banyak orang mempercayai air sumur tersebut dapat menyembuhkan sakit, hal tersebut ditanggapi oleh pendeta Novita Burwos yang saat ini menjabat sebagai ketua jemaat GKI Lahai-Roi Mansinam. “Jika setiap orang yang membawa air untuk dipakai, miliki iman pasti akan alami pemulihan atau kesembuhan”. Air yang diambil kadangkala, didoakan oleh pendeta atau pun majelis jika keluarga atau wisatawan meminta. Biasanya wisatawan yang baru menginjak kaki di Pulau Mansinam juga mencuci muka dengan air sumur ini, tidak dibatasi latar belakang pengunjung, siapa saja dapat menggunakan air yang bersumber dari sumur tua ini.

Tampak rumah sumur tua dan tugu
Foto milik penulis (Infak Insaswar Mayor)

Sumur tua yang berada di pulau ini menjadi bukti bahwa Mansinam sudah seperti rumah kita bersama, sebab setiap wisatawan dengan berbagai latarbelakang suku, agama dan budaya dapat mengambil airnya untuk kebutuhan pribadi dan keluarga, apalagi airnya tidak diperjual belikan. Tidak ada tarif khusus yang diberlakukan bagi mereka yang hendak mengkonsumsi air dari sumur, hanya terdapat kotak sumbangan sukarela yang tersedia untuk upaya perawatan dan pemeliharaan sumur tua tersebut.  Meski berada di daerah tropis Paling Timur Indonesia  sumur yang dibuat sejak 1872 ini, tidak pernah alami kekeringan hingga saat ini. Dari Sumur Tua Pulau Mansinam memberi arti kehidupan untuk “tong” (kita) semua, tidak ada perbedaan dari segala sesuatu yang sudah dikerjakan atas kehendak Tuhan

 
Dokumentasi I : Adik Angle sedang mengambil air untuk keperluan di rumah , foto penulis  25 November 2022
             
Referensi pemulis :
https://papuabarat.tribunnews.com/2022/11/26/sumur-tua-di-pulau-mansinam-manokwari-digali-pakai-tempurung-kelapa-airnya-tawar-meski-dekat-pantai

 

PROFIL PENULIS

Tinggalkan Balasan