“5 TIPS MENJAGA MANSINAM SEBAGAI RUMAH KITA BERSAMA”

Mestika Sinaga

University of Papuan

Mansinam adalah pulau saksi sejarah dimana sebuah peradaban baru dimulai di pulau Manokwari, hingga menyebar ke seluruh daratan Papua. Mansinam berada di Teluk Doreh. Pulau ini dapat dicapai dari Pantai Pasir Putih dengan perahu bermesin selama kurang lebih 10 menit. Dari kejauhan sebuah patung besar berwarna putih sudah terlihat di antara rerimbunan pepohonan. Makin mendekat makin terlihatlah sebuah tugu peringatan yang dari jauh sudah terlihat bersih dan terawat. Deretan pohon kelapa yang menghiasi pinggir pantai dan sebuah bukit hijau yang ditumbuhi pepohonan teduh menjadi pemandangan umum yang banyak dijumpai di Mansinam. Selain itu, tidak ada jalan raya di pulau ini, hanya jalan-jalan beton berukuran sedang yang masih terus dibangun sesuai instruksi pemerintah.

Gambar 1.1 Mansinam

Mansinam Adapun objek yang sangat menarik untuk disaksikan di Pulau Mansinam, bila sedikit menelusuri jalan beton yang mengular ke arah bukit, maka sebuah Patung Yesus Kristus dalam ukuran raksasa akan terlihat sebuah patung. Patung ini adalah sebuah gagasan positif dari pemerintah Indonesia yang menjadi bentuk penghargaan terhadap sejarah peradaban Papua di Mansinam. Patung ini sekilas mirip patung Yesus yang berada di Rio de Janeiro, Brazil, tetapi dalam ukuran yang sedikit lebih kecil. Objek ini baru saja selesai pada tahun 2014 dan berdiri sangat megah serta penuh wibawa. Dengan tangan yang terbuka, Yesus Kristus tampak penuh kasih menerima siapapun yang berkunjung ke Mansinam. Pada tanggal 5 Februari 1855, dua orang misionaris asal Jerman yang bernama Carl Wilhelm Ottouw dan Johann Gottlob Geissler menginjakkan kaki di wilayah Papua untuk pertama kalinya.Mereka kemudian menerima surat jalan dari Sultan Tidore yang merupakan salah satu kerajaan Islam di nusantara. Sultan memberikan surat Izin bagi mereka bahkan memerintahkan kepada para kepala suku untuk melindungi dan menolong mereka jika mereka kekurangan makanan. Sebagai misionaris, tugas utama mereka adalah memberitakan kabar baik yang tertulis di dalam Injil, namun di dalam pelaksanaannya mereka dituntut juga untuk dapat beradaptasi dan membaur dengan masyarakat setempat yang ketika itu masih sangat primitif. Selain mengajarkan tentang ajaran-ajaran Kristiani yang terdapat dalam Injil, para misionaris ini juga mengajarkan budaya dan tata-cara hidup modern kepada penduduk lokal papua. Peristiwa tersebut menjadi sebuah nilai toleransi antara umat muslim dan kristiani saat itu. Sehingga pulau mansinam menjadi simbol harmoni dan toleransi umat beragama yang sudah dibangun sejak dulu. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa Papua tidak akan mengenal modernisasi bila para misionaris tidak menginjakkan kaki di Pulau Mansinam. Kondisi fisik pulau Mansinam yang biasa saja akan menjadi luar biasa setelah kita menelusuri sejarah dan berbagai bukti peninggalan awal berdirinya peradaban modern di tanah Papua. Mansinam menyimpan kisah yang luar biasa terkait perjuangan Ottouw-Geissler terhadap perkembangan kehidupan masyarakat Mansinam khususnya dan masyarakat Papua pada umumnya. Pulau Mansinam adalah sebuah pulau wisata penuh sejarah dan sarat akan nilai-nilai religiusitas di dalamnya. Hingga kini tanggal 5 Februari setiap tahunnya diperingati warga papua sebagai hari yang akan dikenang dengan penuh rasa hormat kepada dua misionaris Jerman itu. Peristiwa tersebut menjadi sebuah nilai toleransi antara umat muslim dan kristiani saat itu. Pulau Mansinam menjadi simbol harmoni dan toleransi umat beragama yang sudah dibangun sejak dulu. Oleh karena itu, ada 5 tips menjaga mansinam sebagai rumah kita bersama, yaitu antara lain : 1. Toleransi. Toleransi beragama yang bisa dijadikan contoh bagi masyarakat baik nasional ataupun internasional, juga sebagai sarana pendidikan bagi generasi muda baik di Tanah Papua maupun di Indonesia. bahwa toleransi sudah dibangun di Tanah Papua sejak lama oleh saudara saudara muslim dan kristian. 2. Komitmen menjaga kehidupan antar umat beragama ditunjukkan masyarakat papua ketika hari-hari besar keagamaan umat muslim tampak suasana ibadah bisa berjalan dengan lancar sesuai dengan syariat keyakinan agama. Disetiap bulan puasa ramadhan umat islam ditanah papua sejak puluhan tahun hingga sampai saat ini dapat menjalankan ibadah dengan normal baik saat siang maupun diwaktu sholat. 3. Keamanan dan kenyamanan. Kenyataan beribadah bagi umat muslim dibulan puasa ramadhan yang aman dan nyaman membuktikan betapa harmonisnya kehidupan umat beragama di tanah papua. Kebersamaan. Masalah kehidupan umat beragama ditanah papua sudah terjalin sangat baik karena setiap individu telah mengedepankan kebersamaan serta saling menghargai adanya perbedaan dalam hal keyakinan bagi pemeluknya. Papua dikenal sebagai tanah yang penuh dengan kedamaian karena itulah setiap individu harus memaknai kebersamaan dan menjaga toleransi untuk mewujudkan tanah papua Situasi/kondisi. Situasi/kondisi tanah papua yang menjunjung tinggi semangat perdamaian kehidupan antar umat beragama dengan baik untuk dicontohkan kepada para generasi milenial sebagai penerus estafet pembangunan. Kesimpulan Ketika semangat toleransi dibangun dan diwujudnyatakan dalam kehidupan maka akan memberikan aura positif untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat tanah papua telah mencontohkan tentang semangat kehidupan bertoleransi dan kedamaian untuk semua orang yang ada di tanah papua. Setiap warga diatas tanah papua, punya kewajiban menjaga tanah papua dari perpecahan antar warga, golongan dan etnis. Saya sangat yakin ketika setiap orang menjaga toleransi kehidupan beragama yang baik maka tanah papua akan memberikan keberkahan untuk kehidupan semua orang.

Referensi : https://indonesiakaya.com

Youtube: Bangkit Sirandan 3tahun yang lalu (Gambar 1.1)

Profil Penulis

MESTIKA SINAGA adalah nama Penulis Artikel ini. Penulis dilahirkan di Marihat raja, 26 Februari 2000, merupakan anak kesembilan dari sembilan bersaudara dari pasangan Bapak Kamaruddin Sinaga dan Ibu Juniar Siahaan. Penulis menyelesaikan Pendidikan di SDN 091451 Marihat raja pada tahun 2012, kemudian pada tahun 2015 penulis menyelesaikan Pendidikan di SMP Negeri 1 Dolok Panribuan, dan pada tahun 2018 Penulis menyelesaikan Pendidikan di SMA Negeri 1 Dolok Panribuan. Dan Penulis melanjutkan Pendidikan melalui jalur SNMPTN di Universitas Papua dengan mengambil jurusan S1-Akuntansi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Hari ini saya mengikuti duta damai papua barat tentunya akan menjadi generasi muda yang menginspirasi bahwa kami semua yang terlibat dalam lomba duta damai papua barat cinta damai karena damai itu sangat indah dan mulia sebagai karakter indonesia. Saya berharap duta damai papua barat menjadi cikal bakal kelanjutan bagaimana anak-anak muda berkreasi menghasilkan konten kreatif yang bisa menginspirasi semua, memberikan pendidikan dan pencerahan kepada kita semua betapa pentingnya perdamaian, persatuan, toleransi dan kebhinekaan. Dengan begitu, disinilah peran duta damai papua barat mengajak generasi muda dengan memproduksi konten kreatif, damai dan memviralkan didunia digital. Besar harapan saya agar duta damai papua barat semakin berkembang dan mewujudkan perdamaian terutama dipapua barat.

Tinggalkan Balasan