You are currently viewing <strong>DAMAI DAN TOLERANSI NYATA DI TANAH PAPUA MELALUI</strong><strong> PULAU MANSINAM</strong>

DAMAI DAN TOLERANSI NYATA DI TANAH PAPUA MELALUI PULAU MANSINAM

Papua bukanlah hutan tanpa tuan dan bukan juga rumah tanpa pemilik Perjalanan panjang yang dirintis ribuan tahun yang lalu menghasilkan perdamaian yang dinikmati setiap insan manusia yang mendiami Tanah Papua saat ini bersumber dari terang injil yang mampu menembus kegelapan Papua yang direpresentasikan oleh keberadaan Pulau Mansinam. Sejak saat itu Pulau Mansinam dianggap sebgai tempat peradaban bagi Orang Papuua.

Berbicara mengenai sejarah peradaban Papua maka tidak akan terlepas dari peran para misionaris di masa lalu yang datang ke Papua untuk mengabarkan kabar baik dalam Injil. Inilah sebuah sejarah yang terjadi sekitar 168 tahun lalu di sebuah pulau bernama MansinamMansinam berada di  teluk Doreh yang merupakan bagian wilayah ibukota Papua Barat, Manokwari.

Orang papua percaya bahwa Mansinam memainkan peran yang sangat penting untuk mendatangkan perubahan perilaku moyang Papua yang berada dalam kegelapan menjadi hidup di dalam kehidupan yang terang

Senyum, canda tawa, sikap menghargai satu sama lain adalah bukti nyata dari terang yang dipancarkan dari pulau Mansinam sejak tahun 1855 sampai sekarang, padahal dibalik senyuan, canda dan tawa juga sikap saling menghargai satu sama lain terdapat banyak sekali jejak-jejak kegelapan yang telah ditinggalkan seperti perbudakan, perampokan, pembunuhan dan sifat egoisme suku.

Terang injil yang dibawah oleh Ottow dan Geisler telah membuka mata para leluhur tempo dulu melalui banyak pergejolakan. Semua peristiwa yang telah terjai pada tempo dulu kala, peristiwa doa yang selalu dipanjatkan oleh kedua zendeling Ottow dan Geisler dilakukan dengan taat hanya untuk menyelamatkan generasi Orang Papua yang akan datang. Oleh sebab itu berbicara tentang damai dan toleransi di Tanah Papua apalagi melibatkan nama Pulau Mansinam tidak bisa terlepas begitu saja dari pengaruh masuknya injil ke Tanah Papua melalui Pulau Mansinam.

Berbicara tentang damai dan toleransi itu berarti berbicara dalam konteks hidup bersama-sama atau hidup baik dengan siapa saja. Semua orang akan hidup bersama-sama apabila memandang bahwa damai itu indah sehingga melahirkan toleransi yang luhur.

Mansinam menjadi tolak ukur sejauh mana Orang Asli Papua dan saudara-saudara non Papua menjaga perdamaian dan toleransi diatas Tanah Papua. Mansinam menjadi fondasi bagi Orang Papua untuk mengenal kasih, damai, dan toleransi sehingga belajar bagaimana cara menjalani hidup dengan baik, dan saudara-saudara non papua juga mempunyai cara tersendiri bagaimana mengenal dan menjalankan hidup dalam damai dan toleransi yang tinggi, Pada akhirnya kita sama-sama akan memahami bahwa damai dan toleransi itu indah.

Peran Mansinam dalam segi apapun sangat dibutuhkan oleh Orang Papua selain sebagai tempat wisata, tempat penelitian, juga menjadi tempat Peradaban. Oleh sebab itu ukuran mengenal cinta dan kasih yang melahirkan perdamaian dan toleransi yang tinggi berawal dari pulau ini.

Thema Mansinam rumah bersama berarti Mansinam sebagai tempat kita berbicara, berpikir, makan dan tidur bersama –sama tanpa memandang perbedaan antara sesama namum tidak menyinggung nilai-nilai budaya yang telah berada di situ sejak lampau.

Pemahaman akan Mansinam adalah rumah kita bersama namun tidak menyinggung nilai-nilai budaya yang telah ada adalah sangat penting agar kita tidak terjebak di dalam frasa Mansinam rumah kita bersama, apalagi jika salah memahami itu diturunkan secara turun-temurun. Oleh sebab itu Mansinam rumah kita bersama dalam pengertiannya adalah sebagai tempat dimana kita memahami bahwa perbedaan itu indah dan Mansinam menyatukan semua perbedaan itu menjadi suatu kesaamaan yang sama yaitu sama-sama paham bahwa damai dan toleransi itu indah, sehingga terciptalah generasi-generasi yang hidup saling berdamping satu sama lain dalam cinta dan kasih yang tulus.

Kota Manokwari sebagai icon kota injil menjadi salah satudaya tarik yang sangat menarik banyak peminat untuk datang dan berkunjung ke manokwari, tidak terlepas dari Mansinama sebagai icon kota injil yang baik membangun toleransi, merajut hidup rukun dan damai menjadi faktor utama terciptannya kehidupan yang harmonis disuatu daerah atau tempat kita berada “ Menuruts saya kerukunan antar umat beragama adalah hubungan yang harmonis antara satu pemeluk agama dengan pemeluk agama lainnya, saya megibaratkan kerukunan itu seperti saudara, kaka adik yang makan dalam satu pirinng, untuk hidup rukun dan damai masing-masing kita harus menyadarkan diri dan mengjaga diri dari isu-isu yang berkembang, yang muncul dari berbagai arah, jika kita mendengar isu-isu, atau saran dan pendapat dari orang lain cobahlah untuk menyaring dengan baik” Kutipan diatas  disampaikan oleh Alm Pdt S.P Bisay S.Th dalam Buletin GOD’S LOVE Christian Magazine 2017:9.  

Pengambaran tentang Pulau Mansinam sendiri, tentang keberaneka ragam suku dan adat yang berada diatas Tanah Papua terlebihi khusus kota Manokwari sebagai icon kota injil tidak terlepas juga dari perjalanan panjang Ottow dan Geisler dan para penginjil lainnya yang terus menebarkan injil diatas Pulau mansinam sampai tersebar keseluruh Tanah Papua, hal ini tentu saja menjadi tantangan besar bagi kaum pemuda-pemudi saat ini sebagai pondasi untuk mengajaga dan mempertahankan nilai-nilai moral yang menjadi fondasi untuk kota Manokwari, Injil seumpama Angin sepoi-sepoi yang menentang badai keresahan politik dan pembunuhan injil kekuatan Allah, injil adalah kasih nyata yang menyelematkan semua orang Papua dari kegelapan yang fana, dalam Ajaib di Mata kita 1890:20.

Berbicara mengenai sejarah peradaban orang Papua maka tidak akan terlepasdari peran para misionaris dimasa lalu yang datang ke Papua untuk mengambarkan kabar baik dalam injil selain mengajarkan tentang ajaran-ajaran Kristiani yang terdapat dalam injil, para misinonaris, ini juga mengajarkan budaya dan tata cara hidup kepada orang Papua.

Meskipun kedua zendeling tersebut sudah wafar, tetapibuah dari pekerjaan mereka yang pertama kali mendaratkan injil diPulau Mansinam, Tanah doreri tersebur hingga saat ini telah berbuah dan bertambah banyak memenuhi seluruh Tanah papua, seingga senantiasa diperingati oleh kalangan Gereja kristen maupun dengan dukungan pemerintah daerah, sejarah mencatat bawah masuknya injil pertama kali diPapua adalah tonggak penting yang menadai munculnya peradaban moderen diTanah Papua, keistimewaan ini menjadi berkat tersendiri bagi orang Papua, Pulau Mansinam yang hanya berjarak 6 kilometer dari pusat kota Manokwari adalah saksi sejarah dimana sebuah peradabaan baru dimulai diPulau Mansinam dan akhirnya menyebar hingga keseluruh daratan Papua.

Damai dan kasih nyata diTanah Papua bukan hanya tangungjawab perseorangan, bukan juga tanggung jawab para pelayan, pemerintah setempat, pemuda-pemudi ataupun aparat negara melainkan menjadi tanggungjawab kita bersama sebagai umat manusia yang mendambakan hidup rukun, harmonis, damai dikota Manokwari.

Refensi Penulis :

AJAIB DI MATA KITA CHAPTER II 1982 Bpk Gunung Mulia
GOD’s Love  2017 Christian Magazine Yayasan Apostolos Papua
Di Tanah Orang Papua, 2002, YayasanTimotius Papua,
http://www.wondamakab.go.id/?page=detail_page&id_page=302
Gambar https://bangunpapua.com/2022/10/25/pulau-mansinam-ikon-wisata-religi-papua-barat/

PROFIL PENULIS

Foto Penulis
Nama Lengkap : Riska Maria M P Bisay,  biasa disapa karis, Lahir di Manokwari 07 Juli 1997 anak pertama dari pasangan Alm Pdt S.P Bisay, S.TH dan Ibu Lidia Maria May, Penulis menyelesaikan Pendidikan dasar di SD INPRES 76 Inggramui Wosi, dan melanjutkan Ke sekolah Menegah Pertama SMP YPPK Donbosco Manokwari, dan setelah Lulus menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Manokwari pada Tahun 2014, di Tahun yang sama penulis melanjutkan Studi Di Universitas Papua Jurusan Pendidikan bahasa Inggris dan mengikuti Studi banding di Seoul Korea Selatan pada Tahun  2015, di tahun 2015 penulis memilih melanjutkan studi Di Universitas yang sama di Jurusan Sastra Indonesia dan selesai pada tahun 2022. Aktifitas sehari-hari sebagai seorang volunter dan pekerja tenaga pendukung disalah satu kantor di Kota Manokwari.
Akun IG: Riska Bisay,Fb : Bisay Riska
 
Hidup bukan tentang apa yang kita miliki tapi hidup tentang apa yang kita beri untuk orang lain.

 

Tinggalkan Balasan