SONIA KAYUKATUI – MEMBER OF BLOGGER – Duta Damai Dunia Maya Papua Barat
Kearifan lokal merupakan bagian dari budaya suatu masyarakat yang tidak dapat dipisahkan dari bahasa masyarakat itu sendiri. Kearifan lokal biasanya diwariskan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi melalui cerita dari mulut ke mulut. Kearifan lokal ada di dalam cerita rakyat, peribahasa, lagu, dan permainan rakyat. Kearifan lokal sebagai suatu pengetahuan yang ditemukan oleh masyarakat lokal tertentu melalui kumpulan pengalaman dalam mencoba dan diintegrasikan dengan pemahaman terhadap budaya dan keadaan alam suatu tempat.
Kabupaten Teluk Wondama adalah salah satu kabupaten di provinsi Papua Barat, Indonesia. Ibu kota ini terletak di Raisei dan yang terdapat dalam wilayah administrasi pemerintah Provinsi Papua Barat. Karena keindahan dan kekayaan alamnya, Kawasan Taman Nasional Teluk Cenrawasih yang menjadi wilayah dari kabupaten ini dan sangat potensial menjadi tujuan wisata. Kabupaten ini memiiki 6 Pulau yang sangat terkenal dan memiliki satu bukit yang Bernama Aitumeri.
Pulau Roon terletak di utara semenajung Wandamen dan termasuk dalam wilayah Distrik Wasior Utara, di pulau ini terdapat Desa Yende dengan perumahan penduduknya yang unik yang berada di atas air. Di tempat ini terdapat sebuah Gereja Tua yang memiliki Kitab Suci Terbitan Tahun 1989. Festival Pulau Roon adalah festival budaya (kearifan lokal) Wondama yang di padukan dengan potensi Wisata Bahari di Pulau Roon ini dan merupakan event tahunan yang diadakan oleh Pemerintah Kabupaten Teluk Wondama bekerjasama dengan provinsi Papua Barat dan Kementrian Parawisata Ekonomi Kreatif. Tujuan diadakan kegiataan ini untuk meningkatkan kunjungan wisatawan, meningkatkan ekonomi dan promosi umkm dan ekraf lokal, pelestarian budaya secara turun dan temurun. Pulau Roon, jika di artikan dalam bahasa Indonesia adalah pulau tempat kayu besi.
Pada beberapa tahun yang lalu menurut kisah masyarakat Roon, tempat ini di penuhi oleh pohon kayu besi, namun seiring dengan pembukaan kampung dan lahan serta meningkatnya kebutuhan ekonomi mengakibatkan jumlah pohon kayu besi di pulau tersebut semakin berkurang. Kini Pulau Roon telah menjadi satu distrik yang terdiri dari 7 Kampung, antara lain Kampung Yende, Mena, Syabas, Indai, Niap, Sariay, dan Menarbu. Kearifan lokal dan sejarah gereja tetap menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Roon secara turun temurun dimana kearifan lokal tersebut di tampilkan dalam Festival Pulau Roon.
Di Festival ini akan menujukan berbagai kearifan lokal dari turun-temurun oleh masyarakat asli adat ini mulai dari. Pahatan dan Ukiran Khas Roon, Tokok Sagu, Balobe, Pembuatan Kerajinan, Parade Perahu Hias, Pemanggilan Ikan, Bameti(Panen Bia Kodok), Sasi Laut dan juga melantungkan tarian tradisional. Tari Kolosal, Tari Tradisional oleh Swanggini, Musik Tradisional Suling Tambur.
Sagu makanan pokok bagi masyarakat Papua khususnya masyarakat asli Pulau Roon yang tinggal di dataran rendah yang banyak tumbuh pohon sagu secara tradisional, tepung sagu diekstraksi dari empulur di dalam batang pohon sagu dewasa yang siap di panen. Biasanya satu keluarga yang akan memanen sagu akan menyiapakan alat-alat seperti parang, kapak,ember, saringan dan cangkul penumbuk, atau alat peranjang empulur sagu untuk memarut empulur sagu.
Prosesi pembuatan empulur yang sudah di parut kemudian diremas dan di cuci dengan air untuk mengilangkan pati sagu dari serat kasarnya. Air yang mengandung pati sagu akan melewati saringan dan dialirkan ke wadah pengedapan dimana pati sagu di tampung dan kelebihan air di buang, tepung sagu dalam wadah yang terbuat dari daun akan di bawah pulang untuk di jual di pasar, kosumsi keluarga.
Tradisi Buka Sasi Laut merupakan kearifan lokal masyarakat Papua dalam bentuk konservasi alam yang di lakukan dengan cara memberlakukan larangan bagi masyarakat setempat untuk menangkap ikan atau mengeksploitasi sumber daya laut di wilayah tertentu dan di akui memberikan dampak positif bagi kehidupan. Tidak hanya bagi berkelanjutan lingkungan, tapi juga terbukti mendorong peningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sasi laut adalah tradisi yang di terapkan di daerah pesisir pantai.
Tari Suanggini. Tari Tradisional. Tari Seruki Sembori masyarakat pulau Roon yang menceritakan sejarah masa lampau. Musik dan tarian-tarian khas Roon adalah cerminan dari kebinekaan Indonesia akan mewarnai Festival Roon.
Bemamun Soren, Aktrasi perang suku Roon dan Suku Byak di laut yang terjadi di masa lalu.
Bupati Kabupaten Teluk Wondama Ir. Hendrik S. Mambor, MM mengusung budaya dan kearifan lokal Festival Roon untuk membangkitkan parawisata di kabupaten ini dan mempromosikannya agar dampaknya wisatawan asing bisa berkunjung ke wondama dan bisa menikmati Festival Kearifan Lokal Roon. Harapan Pemerintah adalah Festival Pulau Roon ini mengajarkan masyarakat di kabupaten wondama khususnya Distrik Roon ini untuk tetap menjaga kearifan lokal yang di lestarikan dari generasi ke generasi agar tidak hilang akan budaya, bahasa, tarian, musik, kehidupan ekonomi, agar generasi sekarang tidak punah dan lupa akan kearifan lokal yang di lestarikan melalui Festival Budaya. Setelah itu Festival Roon ini juga mempromosikan daya tarik wisata kekayaan alam yang indah bagi para wisatawan Internasional & Nasional yang berkunjung ke Pulau Roon ini.