Pemuda merupakan generasi penerus bangsa yang memiliki peranan yang sangat besar dalam membawa perubahan. Pemuda memiliki potensi yang sangat tinggi untuk membawa sebuah kemajuan. Tanpa pemuda tidak akan ada perubahan melalui ide-ide kreatif dan tindakan dalam membawa perdamaian dan sebuah kemajuan khusunya di tanah Papua. Berdiri di atas kota injil pemuda yang ada di Tanah Papua tidak hanya memiliki satu warna namun, memiliki banyak warna yang akan berjalan bersama untuk satu tujuan yaitu membawa perdamian. Berada jahu di Timur dan bangkit bersama untuk melihat betapa bahagianya tertawa bersama dalam berbagai warnanisasi dengan hidup rukun dan berdampingan. Mansinam memiliki banyak sekali aset dan generasi muda yang kelak akan menjadi garam pembawa perdamian dan kemajuan di Tanah Papua. Muncul sebuah pertanyaan, pemuda seperti apakah yang diharapkan dalam membawa perdamian dan kemajuan?
Pemuda Mansinam sebagai garam perdamian, mungkin kita semua telah mengetahui apa itu garam. Garam merupakan salah satu komponen yang ada di dapur, dihasilkan dari laut dalam berbagai langkah-langkah dan proses pembuatan hingga terbentuk garam. Menurut KBBI “garam adalah senyawa kristalin NaCl yang merupakan klorida dan sodium, dapat larut dalam air, dan asin rasanya” Dalam dunia kuliner komponen ini sangat dibutuhkan, tanpa adanya garam maka masakan akan terasa hambar. Oleh karena itu untuk menciptakan suatu masakan yang nikmat, kita memerlukan garam untuk menciptakan rasa. Namun, garam seperti apakah yang kita butuhkan?. Dapat kita lihat, “Garam memang baik, tetapi jika garam menjadi hambar, dengan apakah kamu mengasinkannya? Hendaklah kamu selalu mempunyai garam dalam dirimu dan selalu hidup berdamai yang seorang dengan yang lain” (Markus 9:50). Sama halnya kita sebagai pemuda, sebelum menciptakan perdamaian ada baiknya kita terlebih dahulu berdamai satu dengan yang lain, contoh kecilnya berdamai dengan diri sendiri dan orang terdekat yang ada di sekeliling kita. Sebelum kita menjadi garam perdamaian untuk orang lain, hendaklah kita terlebih dahulu menjadi garam bagi diri sendiri kemudian menjadi garam perdamaian untuk banyak orang. Dengan terciptanya sebuah perdamian maka, dengan mudahnya kita membangun sebuah misi dan tujuan yang sama untuk sebuah kemajuan khusunya di Tanah Papua.
Seringkali kita sebagai pemuda hanya berpikir pendek dalam menanggapi segala sesuatu yang terjadi, contoh kecilnya seperti kasus yang telah menimpa seorang ibu di kota Sorong, pelaku utamanya adalah beberapa pemuda. Untuk mengatasi hal tersebut kita sebagai pemuda harus lebih bersikap dan berpikir kritis, meniggalkan keegoisan, meredam amarah, mengutamakan mencari tahu kebenaran. Pada kenyataannya kita seringkali mementingkan keegoisan, bertindak seakan-akan mengetahui apa yang telah terjadi, bahkan mengambil keputusan dengan sendirinya yang menimbulkan masalah lebih besar dan merugikan orang lain.
Perkembangan zaman saat ini atau yang sering kita dengar dengan sebutan generasi millenial, dimana zaman ini segala sesutau adalah serba teknologi. Hanya dalam kurung waktu 1 menit kita sudah dapat menerima informasi dari berbagai media sosial mengenai berita-berita yang sedang viral. Namun, banyak juga oknum yang selalu mengambil kesempatan dalam menyampaikan berita yang tidak benar kepada masyarakat lalu ditanggapi serius bagi pembaca dan hal tersebut akan lebih memperbesar masalah dikalangan masyarakat. Jangan sampai dengan bermodalkan berita palsu dapat menyesatkan kita untuk berbuat jahat.
Bertumbuh menjadi generasi muda memanglah mudah namun, menunjukkan jati diri bahwa kita adalah pemuda yang berkarakter baik, memiliki sikap toleran, memiliki moral dan menghormati satu dengan yang lain sangatlah sulit. Banyak pemuda menyembunyikan identitasnya agar terlihat hebat dan diakui banyak orang bahkan seringkali sulit untuk menghindari kenginan-keinginan duniawi. Banyak sekali tantangan yang dihadapi parah pemuda di zaman sekarang ini, banyak yang hanya menghabiskan waktunya di layar laptop atau handphone untuk bermain game, media sosial seperti tik-tok, facebook, istagram, youtube dan media sosial lainnya. Jahu akan kegitan-kegitan yang membuka wawasan, tidak pernah berorganisasi, tidak pernah mengikuti seminar-seminar, bahkan jarang beribadah. Semua hal tidak baik tersebut, tidak akan pernah menciptakan perdamaian dan kemajuan.
Untuk menciptakan perdamaian maka dibutuhkan hati, pikiran, tujuan yang memiliki satu rasa seperti garam. untuk menjadi garam perdamaian ditengah-tengah masalah yang dihadapi dibutuhkan pemuda yang dapat membawa perdamaian dalam artian mampu untuk membawa perubahan, menyampaikan berita dengan benar, mampu berkomunikasi dengan sopan, menghormati semua orang, memiliki sikap toleran dan masih banyak lagi. khusus di Tanah Papua kita sangat membutuhkan generasi-generasi yang memiliki indentitas dan mengakui dirinya bahwa kita mampu untuk menjadi lebih maju melalui terciptanya sebuah perdamian.
Tanah Papua memiliki Mansinam. Mansinam bukan sekedar nama tempat biasa namun, merupakan nama tempat yang memberikan sejarah bagi seluruh masyarakat Papua yang tidak akan pernah di lupakan. Terletak 6 kilometer dari kota Manokwari, Mansinam memiliki makna sejarah dalam pengabaran injil di tanah Papua. Pada tanggal 5 Februari 1855, dua orang misionaris asal Jerman yang bernama Carl Wilhem Ottouw dan Johann Gottlob Geissler menginjakkan kaki di Tanah Papua untuk pertama kalinya. Mereka memiliki peranan yang sangat penting di tanah Papua yaitu memberitakan kabar baik yang tertulis di dalam injil. Kedua misionaris tersebut banyak meninggalkan sejarah di pulau Mansinam yang melambangkan kecintaan mereka di Pulau Mansinam.
Kedua misionaris telah menabur garam yang baik kepada banyak orang khususnya di tanah Papua. Tidak berhenti sampai disitu, kita sebagai pemuda harus meneruskan misi parah misionaris pendahulu kita, manjadi penabur garam yang baik untuk banyak orang. Suatu epresiasi dan kebanggaan kepada pemuda Mansinam yang telah membentuk duta damai di Papua Barat dan telah mendeklarasikan perdamaian dalam berbagai bentuk kegiatan. Dengan adanya organisasi yang melibatkan pemuda sebagai pemeran utama, maka akan semakin membangkitkan semangat yang lebih tinggi untuk terus dan terus menyebarkan injil diseluruh tanah Papua. “Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah” (Matius 5:9). Kita telah dimerdekakan oleh karena injil.
Kami yakin kedepannya semua pemuda khususnya yang ada di Tanah Papua ikut andil dalam membawa perdamaian dan kemajuan di Tanah Papua. Hidup tanpa mengenal perbedaan, saling melengkapi, saling menerima satu sama lain, memiliki sikap toleransi yang tinggi, itulah kemerdekaan yang berlandaskan perdamian. Terkenal dengan sebutan kota injil membuat setiap hati sadar bahwa itulah identitas kita sebagai umat kristen. Menjadi PEMUDA MANSINAM SEBAGAI PENABUR GARAM PERDAMAIAN, tidak hanya sebatas ucapan namun, juga dengan tindakan, pemuda yang memiliki integritas dan kualitas. Pemuda Mansinam sebagai gambaran dan teladan bagi anak-anak generasi penerus di tanah Papua. Perdamaian menciptakan kemerdekaan, perdamaian membangun kemajuan, dan perdamaian memberikan bukti bahwa kita yang dulunya memiliki warna yang berbeda-beda menjadi satu karena telah manjadi garam perdamain.
PROFIL PENULIS
Nama lengkap penulis Angelina Bubun Allo, sering di panggil Angel. Lahir di Makale, 19 Desember 2000. Motto hidup “DIMANAPUN KAKI BERPIJAK, CIPTAKANLAH PERUBAHAN”. Penulis merupakan mahasiswa dari Universitas Papua, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Pendidikan Kimia semester 8. Saat ini penulis berdomisili di Jl. Cendrawasih, Amban, Manokwari. Penulis memiliki hobi menulis. Bermodalkan pengalaman dan percaya diri penulis ikut berkompetisi melalui kegiatan yang dilaksanakan oleh Duta Damai Papua Barat. Ucapan terimakasih penulis kepada Duta Damai Papua Barat yang telah menyelenggarakan kegiatan kreatif dalam rangka menyambut HUT PI di Tanah Papua.
Terlahir dan dinobatkan sebagai anak broken home sejak lahir tidak membuat hari-hari yang dijalani penulis terasa hambar tanpa kasih sayang kedua orang tua, karena penulis selalu bersyukur memiliki alm. Opa dan oma yang telah membesarkan penulis dengan penuh kasih sayang dan didikan. Sejak lahir penulis hidup berdampingan dengan kakak laki-laki yang selalu mengajarkan penulis untuk selalu kuat dan bagaimana menghadapi tantangan hidup yang penuh dengan problema. Bertahan dan berada sampai dititik ini semakin menyakinkan penulis betapa baik-Nya Tuhan dalam setiap proses hidup yang penulis lalui.
Sejak SMA penulis telah aktif menulis karya-karya ilmiah dan lomba debat ditingkat kabupaten hingga tingkat nasional. Termotivasi dari ucapan salah satu guru SMA yang berkata “Dengan menulis kita akan dikenal”, hal itu menjadikan acuan saya untuk terus menulis dan memberikan ide-ide.
Akhir kata penulis mengucapkan Selamat Hari Ulang Tahun Pekabaran Injil di Tanah Papua yang ke-168 tahun, besar apresiasi penulis kepada seluruh pemuda yang ada di Tanah Papua, semoga kita selalu dalam lindungan Tuhan
Mohon maaf jika ada kata yang penulis tuliskan tidak berkenan, mohon dimaafkan
Syalom,
20 tanggapan untuk “PEMUDA MANSINAM SEBAGAI GARAM PERDAMAIAN”
Mantapp, terus berkarya dan tetap semangat.
Terima kasih banyak
Amin. Good job!
Terima kasih banyak
Smangat Enjellll. Proud of youuu❤
Terima Kasih banyak
Keren banget kak!
Fighting kaks:)
Terima kasih banyak
proud of u Angel! ❤
Terima kasih banyak
Proud of you qaqaa Angel 🫶🏻💕
Terima kasih banyak
Keren bangat angel. Tetap semangat💪😇
Terima kasih banyak
Keren Kaka, semangat terus berkarya kak
Terima kasih banyak
Proud of you Angel❤️
Terima kasih banyak
Terima kasih banyak